Belakangan sejak partime, aku merasakan wajahku semakin merusak. Sudah dipastikan penyebabnya adalah cahaya matahari, karena aku mengendari motor, dan kadang naik bus. Akhirnya kuputuskan memakai pelembab muka, atau apalah itu namanya, yang penting melindungi wajahku. Temanku bilang, merk xxx (lupa...susah diinget), paling murah 300 ribu, tapi bagus. Bagus karena harganya mahal? Mengingat sejumlah 300 ribu, aku cukup terkejut. Maklum, aku memang agak tidak rela menghabiskan uang banyak untuk hal-hal begituan. Hehehe... memangnya aku rela habisin banyak uang untuk apa ya? Pulsa telepon kali ya. Kapok dah dicekik pulsa telepon tiap bulan. Aku harus bisa mengendalikannya. Untungnya, aku menemukan produk yang agak murah untuk wajahku. Merk Oriflame. Aku beli dari salah satu teman seperjuanganku di BNCC, Stefanie, panggilannya āiā. Semoga pembaca mengerti cara mengejanya. Seminggu kemudian baru kupakai, karena lupa kalau aku punya barang gituan. Sebulan kemudian baru kupakai untuk kedua kalinya. Maklum, kuletakkan di dalam lemari, dan aku lupa lagi. Krim wajahnya wangi. Tapi ntah kenapa, rasanya aku memang tidak cocok pakai barang untuk wajah kali ya. Aku termasuk orang yang memproduksi terlalu banyak keringat. Jalan dari kampus Syahdan ke Anggrek saja, keringat sudah mengucur menetes dari wajahku. Untung ada tanganku yang menjadi sapu tangan. Yap, balik ke krim wajah. Karena berkeringat terus, aku tidak rela menghapusnya dengan tanganku. Pasalnya, krim wajahnya jadi sia-sia kupakai. Tapi jika keringat sudah berbulir-bulir, dengan hati terpaksa, aku tetap melapnya. Kali ini dengan hati-hati, agar tidak mengenai bagian wajah yang lain. Setelah kupikir-pikir, aku jadi tidak nyaman. Adakah krim yang bisa mencegah keluarnya keringat? Tapi seram juga ya. Kalau keringatku tidak bisa keluar, bukankah seperti air pembuangan dari tubuh dipaksa masuk ya? Haih..serba salah memang. Kurasa kalau aku jadi cowo, pasti kelihatan lebih macho. Atau kalau jadi kuli, mungkin aku bisa dapat bonus, karena mandor melihat aku sudah kerja sangat super keras. Padahal baru naik tangga 5 lantai saja, belum sempat mengangkat barang apapun. Tapi ternyata aku adalah seorang cewe. Bagaimana kesan cowo-cowo melihat cewe yang suka berkeringat ya? Kotor? Tidak bersih? Jorok? Tidak mandi? Aku sudah kebal terhadap pandangan seperti itu. Pernahkah merasakan, setelah mandi, mengenakan baju, bajunya basah karena keringat? Nah, itu dia. Tidak tahu mengapa. Tapi rasanya pengaruh ke emosional. Misalnya, kalau aku tahu bahwa setelah mandi, aku bisa santai menonton film, maka keringat tidak keluar. Tapi kalau aku tahu bahwa setelah mandi, aku akan bepergian, memakai baju yang jarang dipakai (baju jalan-jalan), otomatis keringat lancar mengucur. Apakah ini sejenis penyakit? Hum... tapi aku akan tetap memakai krim wajah yang telah dibeli. Mungkin setelah sampai ke tempat tujuan, cuci muka, baru memakainya. Agar efeknya terasa di kulit. Hehe...
NB : Aku merasa jika memakai tisu untuk mengelap keringatku, bakalan habis banyak. Berapa jumlah pohon yang ditebang hanya untuk keringatku? Dan berapa pula kocek yang harus kukeluarkan untuk beli tisu? Wakakkaka... aku lebih berat ke poin kedua sih ;p Habisnya, bukan keperluan yang penting-penting amat ;p
0Comments:
Post a Comment
<< Home