Lab Kampus Anggrek, Lab Anapersis
2 Oktober 2004, 07.35
Tragedi dan dewasa ...

Kemarin rapat DPI, menyenangkan kali ini, tidak seperti rapat Senin kemarin, rasanya membosankan, tapi ngga tau apa perasaan DPI lainnya, apakah cuma perasaan w sendiri, karena waktu Senin kemarin w lagi bete dan Melankolis seperti sedang puncaknya. Benar apa yang telah dibahas dengan Ndok, ketika w dibonceng naik motornya, curhat sedikit tentang watak gabungan Sanguinis-Melankolis, karena kebetulan gabungan wataknya mirip dengan aku. W bilang entah kenapa w kadang bisa semangat tiba-tiba tapi dalam waktu sekejap bisa bete dan suka menyendiri. Melankolis punya sifat merasa bahwa dia adalah orang yang paling menderita dan tidak diterima oleh orang lain, dan dia tidak menikmati hal itu, tapi dia tidak hentinya merasa begitu, kesannya seperti menyiksa diri sendiri. Ternyata Ndok juga mengiyakan hal tersebut, dia juga sering mengalami hal tersebut. Ketika aku menanyakan apa solusinya, dia mengatakan bahwa selama orang Sanguinis-Melankolis tidak bisa mendekatkan diri dengan Tuhan, maka perubahan watak tersebut akan terus berlanjut. Hum…..selama ini kan aku jarang ke Vihara, dan bahkan lupa berdoa, yang parahnya akan sangat ingat Tuhan apabila lagi dalam kesulitan.

Kemarin ketika kelas Character Building III “Relasi dengan Tuhan”, aku maju ke depan bersama teman-teman satu umat lainnya, dan kami ditanyakan tentang rutinitas ibadah. Otomatis aku yang jarang beribadah mengeluarkan asumsi dan pandangan sendiri yang selamaini w yakini. Karena aku jarang ke Vihara dikarenakan beberapa hal seperti BNCC, yang tak jarang juga dikarenakan kemalasan diri sendiri, menjawab bahwa untuk menjadi orang beriman dan beragama tidak harus selalu ke rumah ibadah, seperti yang dilakukan teman-teman kuliah saya umumnya, yang tiap minggu datang kebaktian. Papa saya juga pernah mengajarkan kapan saja dan dimana saja sebenarnya kita bisa melakukan ibadah, ketika berjalan, makan, berlari ataupun aktivitas lainnya, yaitu dengan mengucapkan Omitofo, dan aku setuju akan hal itu, karena menurut w untuk beribadah tidak terbatas tempat dan waktu. Cuma memang aku selalu lupa untuk melakukannya, hehe..... jadi merasa bersalah.

Semalam baru dapat kabar tetangga aku semuanya pulang ke kampung halaman dari Ibu pembokat, karena penasaran dan khawatir maka aku pun menelponnya, Aboi. Tidak diangkat, mungkin tidak ada sinyal atau tidak aktif. Tak lama kemudian dia menelpon balik, ketika ditanya dia menjawab bahwa orang tuanya tertimpa musibah, aku langsung spontan mengucapkan “Sakit ya?”. Karena takut menyinggung perasaannya, aku tidak menanyakan lanjut apa penyakit orang tuanya. Malamnya, saat ketemu Ko Ahau, kami turut membahas hal itu, dan ternyata dapat kabar bahwa rumah orang tuanya dimasuki perampok dan dipukuli. Gimana ya perasaan ini, biasanya aku mendengar dan membaca hal ini di media, tapi tak sangka akan terjadi kepada orang di sekitar aku yang dikenal. Akhirnya Ko Ahau menelpon Ko Tony, saudara sepupu Aboi, dan dapat kabar bahwa orang tuanya meninggal dunia, “orang tua” artinya mama dan papa? Aku sempat menanyakannnya dalam hati, tapi tidak ingin mempercayainya. Dan ternyata itu benar, yang meninggal adalah kedua orang tuanya. Hahhh....... aku tidak bisa berpikir bagaimana perasaan mereka, mungkin aku pernah merasakan kehilangan mama, tapi kalau langsung kehilangan keduanya pada waktu yang bersamaan, aku tidak tau bagaimana perasaan mereka. Itu pasti sangat berat buat mereka. Tak terbayangkan juga bagaimana raut muka Aboi ketika kutelpon, sama sekali tidak ada emosi dari kata2 yang diucapkannya. Ditambah penyebab kematian kedua orang tua Aboi, ini sangat tidak disangka, sangat bejat menurut w. Sudah dirampok, trus keduanya dibunuh lagi. Dimana sih perasaan dan hati nurani manusia sekarang ini. Berat sekali, aku tidak bisa turut merasakan apa yang Aboi rasakan. Tapi memang, mereka harus tetap melanjutkan perjalanan hidup mereka. Ketiga anak tersebut masih kuliah, satu jadi aslab, satu kerja di toko, dan satu lagi sepertinya kuliah tanpa kerja. Mulai sekarang mereka harus mencari dan menghidupi kebutuhan sendiri, ditambah trauma kejadian orang tuanya. Aku menyesal sekali selama tetanggaan dengan mereka jarang memperhatikan mereka, karena jarang di kontrakan. Iya, terkadang ada perasaan bersalah.... yah, Melankolisnya muncul lagi, tapi w yakin mereka akan menjalaninya dengan benar, mereka orang yang kuat seingat yang aku kenal.

Oya aku juga belum cerita tentang temanku yang juga barusan meninggal dunia. Dia aktif di UKM Klifonara. Aku biasa aja ketika ada teman yang mengatakan kalau ada mahasiswa di UKM Klifonara yang meninggal dunia. Aku biasa aja, karena memang tidak banyak anak Klifonara yang aku kenal. Ketika ditunjukkan pengumuman yang ada di Friendster Linda, aku shock, terkejut sekali, ternyata yang tertimpa musibah itu adalah teman yang aku kenal, namanya Bani, dikatakan bahwa dia meninggal di RS Pertamina, tapi tidak tau apa sebabnya. Baru kali ini aku kehilangan teman, aku tidak pernah menyangka bahwa anak seumuran saya bisa meninggal secepat itu, meskipun aku tau bahkan banyak anak di bawah umur aku yang meninggal dunia. Tapi memang aku tidak menyangka temanku sendiri yang begitu. Aku memang tidak begitu kenal dengan dia, aku juga lupa kapan berkenalan dengan dia, tapi kita selalu saling sapa kalau bertemu. Aku bahkan sempat difoto dua kali olehnya, yang masih kusimpan sekarang, karena memang agak unik dari foto lainnya, yaitu foto B/W. Semoga Bani diterima di sisi Tuhan, aku benar-benar tidak tau harus mengucapkan apa, tapi aku berharap dia menerima yang terbaik dari Yang Di Atas.

Seiring dengan perubahan watak aku yang tidak teratur, ternyata telah terjadi banyak kejadian, yang semakin mendewasakan orang2 di sekitar w, yang juga mempengaruhi kedewasaan w...




0Comments:

Post a Comment

<< Home