Kontrakan, 24 Oktober 2004
22:48
Sesuatu yang indah . . .

Hati ini aku melihat sesuatu yang indah. Ya benar... sesuatu yang indah...
Kadang berkali-kali aku bertanya seakan tak percaya, inikah orang yang menjadi pacarku? Benarkah itu? Terkadang sikapnya menyebalkan, tapi terkadang sikapnya jauh dari kesehariannya. Dan aku... aku selalu mengetahuinya terlambat. Ntah mulai kapan dia kepikiran untuk melakukannya. Kadang juga malah setelah dilaksanakan baru kuketahui.

Malam ini nonton film “The Green Mile”, benar-benar film yang sangat mengharukan, dan film fiksi satu-satunya yang mengharukan. Padahal dalam hati, aku sangat mengharapkan itu adalah suatu kenyataan yang sering difilmkan oleh orang-orang. Saking indahnya ceritanya, tapi menyedihkan, karena ia akhirnya harus mati. Ya, itu film yang ceritanya diambil dari novel, yang pengarangnya.. lupa...

Sudah beberapa kali aku menonton film, yang sebelum aku mengenal pacarku ini, aku tidak begitu menyukai gaya atau tipe film-film seperti itu. Yah..orang-orang Phlegmatis menyebutnya “film yang mikir”, artinya film dimana penonton juga dibawa untuk ikut berpikir, mencari sesuatu yang agak tersembunyi untuk diketahui, atau bisa bahkan mampu membawa kita seakan merasakan keadaan film itu. Ya, beberapa orang juga mengatakan itu film yang ribet, mendingan nonton film yang ringan, karena bukankah kita menonton film karena kita ingin refreshing? Dalam kehidupan kita saja sudah banyak hal yang harus kita pikirkan dan memusingkan, tapi kenapa lagi harus menambah beban nonton fim yang juga membuat otak kita berpikir? Saya setuju dengan pandangan ini, tapi tidak sepenuhnya. Seperti kebiasaanku menonton film, jika memang lagi stres, dan mood ingin nonton yang ringan, lucu ataupun romantis, maka akan kulakukan. Tapi kalau memang bila pikiranku lagi ringan, atau ada sesuatu masalah nyata yang mungkin saja cerita nyataku hampir mirip dengan di cerita film, maka aku memilih untuk menonton “film yang mikir”. Hahaha..... beberpa film yang kutonton sangat mengharukan dan menggetarkan di saat-saat tertentu ceritanya. Juga sangat menginspirasikan, really makes me inspired. Tapi begitulah aku, setelah menonton, belum tentu hal mengagumkan di film bisa kuterapkan ataupun kulaksanakan. Sampai saat inipun, kebiasaan malasku belum bisa kukendalikan. Kapankah aku akan memulai? Masih tetap menjadi pertanyaan bagiku sendiri hingga sekarang.

Begitu banyak film fiksi maupun non fiksi yang sudah kutonton, yang bahkan hingga sekarang jika harus ditonton 2 atau 3 kali pun, aku masih rela. ^^ aku mengetahui ini juga dari pacarku. Dia pernah menemaniku nonton film, kalau ngga salah “Remember the Titans”, yang padahal dia sudah menontonnya sebelumnya. Karena aku pribadi belum tentu mau menonton film yang sudah pernah kutonton sebelumnya. Apakah sebenarnya dia ingin menemaniku atau? Yang pasti dia mengatakan padaku bahwa menonton film untuk pertama kali, kedua kali, ketiga kali ataupun keseratus kali itu ada bedanya, ada makna berbeda yang kita dapatkan saat kita menontonnya, juga ada perasaan yang berbeda. Tapi bukan berarti semua film bisa kita tonton berkali-kali ^^, tergantung kebutuhan dan keinginan kita aja ^^. Aku sudah mencobanya untuk film “Second String” dan “Men of Honor”, tapi aku belum menemukan yang dikatakannya. Hum.... kurasa aku perlu membahas ini bersamanya. Tapi yang pastinya, aku tetap merasa terharu dan tergerak serta tetap senang saat menontonnya untuk kedua kalinya. Bahkan untuk film “Second String”, aku masih ingin menonton untuk ketiga kalinya. Tapi aku memilih untuk menonton bersama orang lain, bukannya sendirian. Film yang bagus dan menginspirasikan memang patut di-share, aku suka melakukannya ^^

Beberapa hal baik yang kutonton di film kadang begitu jauh untuk bisa kulakukan. Tapi ternyata aku menyaksikan itu dalam kehidupan nyata ini. Simpel tapi ya, benar.. itulah salah satu wujud yang sama dari tontonan, tapi karena seiring berkembangnya jaman dan perbedaan yang ada, tidak mungkin menjiplak penuh, tapi maknanya sama... itu yang terpenting. Dan itu juga pertama kalinya aku tergerak menyaksikan sesuatu hal nyata (dalam kehidupan nyata) di depan mataku, yang ternyata begitu dekat denganku selama ini. Bagaimana mungkin aku tidak menyadarinya? Tapi itu memang kulakukan, aku tidak menyadarinya. Sepertinya aku menemukan sedikit kebenaran, maksudnya merasakan benar-benar, dalam kata-kata yang pernah diucapkan Kuri, di saat aku depresi dan ingin melakukan hal yang .. hum... kata apa yang cocok ya? Melakukan hal yang bodoh mungkin? Yak.... saat aku depresi dan ingin memutus hubungan dengan pacarku ini.

Keadaan yang kuceritakan di atas, adalah saat aku melihat kucing di depan halaman kos pacarku ternyata sudah dalam keadaan terbalut kakinya. Benar.... dia dibawa oleh pacarku ke dokter hewan. Kucing itu, yang dinamai “si pus..” oleh pacarku, beberapa hari yang lalu luka, um.... borokan kali ya kata yang tepat, di kaki kanan depannya. Jalannya terpincang-pincang saat itu. Aku hanya bisa menggelengkan kepala tanda kasihan padanya. Beberapa hari lalu sebelum dia luka pun, aku dan pacarku sering bertengkar (bukan dalam arti sesungguhnya) mengenai kucing. Ya.. sebagai wanita (apa yang kelihatan dalam arti sebenarnya), aku ingin memberi makanan sisa kepada kucing depan kosnya. Pemikiranku toh makanan sisa, daripada dibuang, kenapa tidak diberikan saja ke kucing itu. Pacarku melarangku melakukannya dengan dalih si kucing akan kembali dan akan sering kembali lagi memohon makan di depan kosnya (aku yakin itu benar, karena aku pernah mengalaminya saat di rumah saudaraku di Cengkareng). Menurut pacarku, dia akan manja, tidak mencari makannya sendiri dengan usaha sendiri seperti yang dilakukan kucing jalanan pada umumnya, dan siapa yang akan terus ‘menyuapinya’? karena yang cenderung dilakukan orang, memberi makan kucing adalah untuk kesenangan atau mungkin supaya kelihatan menyayangi hewan di depan orang pujaannya atau di depan pacarnya? Aku setuju dengan ucapan pacarku, tapi ada yang ingin kutambahkan... jangan lakukan itu kalau kamu sekedar ingin kelihatan berbuat baik di depan orang-orang (sebenarnya ini kepura-puraan yang hina ^^, membohongi diri sendiri, aku yakin orang yang melakukan ini menyadari kebohongannya), karena kamu bukannya berbuat baik, namun sebaliknya, karena dia akan manja, dan bagaimana pula jika kamu tidak ada? Dia akan makan apa? Sedangkan kebiasaannya itu adalah mendapat makan dari seseorang, bukannya mencari sendiri, seperti yang sudah merupakan keadaan umum dan seharusnya. Jika tidak makan, dia akan mati bukan? Tapi ini tidak berlaku jika kamu memang ingin memeliharanya dan tetap menyayanginya, bukan membuangnya setelah bosan. Membuangnya setelah bosan, pernah kulihat saat duduk di SMU, memelihara sesuatu untuk memenuhi hobby nya dan kesenangan belaka, dan kalau sudah bosan, dicampakkan begitu saja, dan lebih kejamnya hingga akhirnya sesuatu itu mati karena tidak terawat yang sesuatu itu bahkan tidak diajarkan kembali untuk mencari makan sendiri (dengan tangan sendiri) setelah dilepas ke alam bebas. Janganlah kamu melakukan itu hanya untuk kesenangan belaka. Aku menyukai anak anjing, lucu dan setia kalau kita lama merawatnya. Aku ingin memiliki, tapi aku menyadari saat ini, jika kupelihara pun, dia akan mati ataupun kesepian. Lagipula untuk saat ini, aku akan menganggapnya sebagai tambahan kerjaan. Hohoho... ini kenyataan loh...^^ Memberi makan hewan juga merupakan pengecualian kalau hewan tersebut lagi sakit atau keadaan yang aku kira kita semua bisa melihat keadaan masing-masing sesuai pandangan masing-masing.

Seperti yang kuceritakan di atas, aku melakukannya, aku membohongi diriku sendiri. Aku sering bertengkar saat pacarku berkata kasar (bukan dengan kata-kata kotor loh, tapi intinya keras) dan mengusir jika ada kucing yang mendekati pintu kosnya, dan bahkan tidak segan-segan melemparkan sesuatu di dekatnya jika ada kucing yang berusaha masuk ke dalam kosnya, tapi tidak tau kenapa, lemparannya selalu meleset. Aku juga tidak tau itu disengaja atau memang meleset. Tapi jawaban yang kusimpan di hatiku untuk hal ini, kukira semua orang mengetahuinya. Seperti layaknya seorang wanita yang berusaha kelihatan lembut di depannya maupun di depan orang banyak, aku selalu membela kucing itu, dan bahkan memukul (bukan dalam arti sebenarnya) pacarku jika melihat dia melakukannya. Apalagi kalau temannya lewat, ahem.... rasanya aku malu mengatakannya, tapi inilah yang kulakukan, aku semakin bergaya seolah membela kucing itu. Hahaha... penipu yah...

Lanjut ke cerita kucing yang borokan kakinya, aku sering mengatakan kesedihanku di depan pacarku, but do nothing. Just talking. Right, beberapa hari setelah itu, ternyata pacarku telah membawa kucing itu ke dokter hewan. Kaki si pus dibalut, tebal sekali, sehingga dokternya menamainya “Tison”. Hahaha... kalian juga pasti akan tersenyum ataupun tertawa bila melihat “si pus Tison”. Dia sangat gagah, hehe... tapi kurasa dia kesulitan untuk menggaruk badannya yang gatal, tapi untung dia masih memiliki ketiga kakinya ^^. Di hadapanku, seseorang yang sebelumnya memperlihatkan sikap benci pada kucing, tapi sesaat lembut sekali. Yang sangat tidak kusangka adalah dia membawanya ke dokter. “Kasihan sekali. Bagaimana kalau kita pakaikan Betadine (obat merah)? Tapi kayaknya obat untuk penyakit kucing tidak sama untuk manusia (terus berlalu pergi)” inilah kalimat yang kuucapkan saat melihat si pus. Hahaha.... betapa munafiknya, bersikap kasihan, ingin menolong, tapi kepura-puraan yang tercermin. Daripada dikira cewe yang tidak punya hati? ^^. Hal inilah yang menampar pipiku. Dia benar-benar melakukannya. Dia melakukan semuanya dengan tindakan, sedangkan aku dengan kata-kata. Dia memang special Kur...seperti yang pernah kaukatakan padaku, dia memang unik. Aku pikir berapa orang yang kujumpai yang akan melakukan hal ini? Dan yang membuatku terharu lagi, malahan untuk kedua kalinya dia membawa si pus ke dokter, teman-teman kosnya lah yang membawa bersamanya, naik mobil, yang sebelumnya pertama kali dibawa pacarku sendiri dengan motor, dan bahkan untuk kunjungan kedua ke dokter ini ditanggung biayanya oleh temannya. Bukan uang yang kulihat. Tapi kasih sayang yang ditebar pacarku merembet hingga ke temannya. Dia mampu membuat orang lain ikut memberikan kasih sayang ke orang lain. Sebelumnya, aku sering melihat pacarku dan teman-temannya ngobrol dan tertawa, dan si pus berada di antara mereka. Sesekali mereka tertawa, dan si pus lah yang menjadi topik pembicaraan. Si pus menjadi sesuatu yang menyatukan orang-orang di kos itu. Beberapa dari mereka juga bergantian memberi makan. Ini pengecualian loh, karena si pus lagi sakit, jadi diberi makan dan dimanja. Kupikir kalau si pus sudah sembuh, maka tidak perlu disuap seperti itu lagi. Dia harus dilepas kembali seperti sebelumnya, sebelum dia lupa cara mencari makan sendiri.

Inilah kasih sayang yang kulihat nyata, bukan dari film, bukan dari ceramah di Vihara, bukan pula dari buku.

Hal kedua yang kudengar dari pacarku adalah bahwa dia ingin membicarakan tentang diisinya warung depan sekret BNCC, untuk diisi oleh penjual martabak, yang ternyata tinggal beberapa blok dari kontrakanku. Sebelumnya mereka jualan di depan rumah padang “Jasa Bundo”, dekat Ultradisk, arah ke jalan Taisir. Lama sebelumnya, pacarku pernah membicarakan dan memuji si penjual, yang tak lain adalah mereka yang tampak seusia kita, cowo dan cewe, masih muda. Umur mereka mungkin tak jauh atau bahkan sama dengan umur kita. Pacarku mengaguminya. Jaman sekarang, jumlah anak muda seusia kita yang mau melakukan itu, apalagi beberapa anak orang kaya. “Gengsi”, katanya ^^. Karena rumah makan “Jasa Bundo” diperbaiki, mereka tidak lagi jualan. Berbulan-bulan juga warung martabaknya tutup. Tak lama, di tempat tinggal mereka, kedua cewe, mungkin adik dari cowo tadi, jualan es campur dan es alpukat. Hum... meskipun tidak bisa berjualan martabak, masih ada cara lain untuk berjualan bukan? Au pernah beli es campurnya, sambil ngobrol-ngobrol. Kedua cewe itu mukanya mirip, sepertinya mereka kakak beradik. Mereka dari daerah, tapi aku lupa dari mana itu. Tapi sampai sekarang yang aku bingungkan adalah mereka masih kuliah atau tidak, mengapa mereka berjualan, kalau dari daerah maka untuk apa mereka di Jakarta, ngontrak lagi. Aku tidak berani menanyakannya. Tapi yang pasti ada sesuatu alasan.

Pernah suatu kali lewat di depan rumahnya, aku mengusulkan ke pacarku, mungkinkah kalau mereka jualan di depan sekret? Karena pada saat itu, Ucup yang jual indomie juga uda tutup, dan sampai sekarang warung itu tetap kosong. Tapi seperti biasanya aku, aku hanya mengatakannya, tapi tidak pernah menanyakan ke Ring. Mungkin lupa, tapi yang pasti, niatku untuk melakukannya belum ada. Karena kalau uda niat, lupa adalah sesuatu hal yang tidak mungkin.

Malam ini aku mendengar pacarku mengatakan ingin bertemu Ko Indra (salah satu pemilik Ring dan juga warung itu) dan menanyakan tentang penyewaan tempat. Dan yang kudengar, um... pacarku bilang ingin bantu membiayai jika mereka tidak sanggup. Aku tidak tau itu sungguh-sungguh atau tidak. Bukannya meragukan, tapi bisa juga dibilang begitu. Pacarku, selain yang pernah kuceritakan di atas, dia juga masih ada sifat malas. Terkadang dalam melakukan sesuatu, dia pernah menghentikan dan lama kemudian baru melanjutkan. Oleh karena itu, untuk setiap perkataan dia, aku tetap meragukannya. Tapi aku kagum terhadap apa yang dijalankannya. Aku rasa punya niat seperti itu adalah sesuatu hal yang baik. Tapi pelanjutan dengan tindakanlah sesuatu hal yang sangat lebih baik. Yang pasti pacarku juga punya kelemahan, dan terkadang dia menyebalkan ^^. Tapi tetap aja sayang, kenapa ya? :p. Kita lihat saja ceritaku nanti selanjutnya.

Yang pasti, aku beberapa kali bangga terhadapnya.
Ehem....ehem.... yang pasti jangan besar kepala ya, aku tau kau sudah tersenyum-senyum membaca tulisanku di atas.

Oya, ada sesuatu yang ingin kusampaikan. Sering kali teman-temanku menanyakan bloggerku yang sudah lama tidak kuisi. Hum...thanx banget buat teman-teman yang uda memperhatikanku. Sebenarnya aku sering menulis blogger, cuma aku menuliskan dengan pensil atau pena, terutama kalau benar-benar lagi pengen nulis (jadi bentuknya ‘hardcopy’). Jadi gimana? Haruskah kuketik? Dan beberapa kuketik di komputerku, dan hiks....kabar buruk, hardiskku rusak, dan semua tulisanku hilang. Padahal lumayan banyak, cuma belum kuupload ke bloggerku. Yang terpenting, aku belum kehilangan rasa di tanganku yang ingin menulis ataupun mengetik. Aku rasa itu cukup, karena meskipun hilang beberapa tulisan di hardiskku, tanganku akan bisa menghasilkan lebih banyak tulisan lagi kelak.

Love u ALL ...


Lab Kampus Anggrek, Lab Anapersis
2 Oktober 2004, 07.35
Tragedi dan dewasa ...

Kemarin rapat DPI, menyenangkan kali ini, tidak seperti rapat Senin kemarin, rasanya membosankan, tapi ngga tau apa perasaan DPI lainnya, apakah cuma perasaan w sendiri, karena waktu Senin kemarin w lagi bete dan Melankolis seperti sedang puncaknya. Benar apa yang telah dibahas dengan Ndok, ketika w dibonceng naik motornya, curhat sedikit tentang watak gabungan Sanguinis-Melankolis, karena kebetulan gabungan wataknya mirip dengan aku. W bilang entah kenapa w kadang bisa semangat tiba-tiba tapi dalam waktu sekejap bisa bete dan suka menyendiri. Melankolis punya sifat merasa bahwa dia adalah orang yang paling menderita dan tidak diterima oleh orang lain, dan dia tidak menikmati hal itu, tapi dia tidak hentinya merasa begitu, kesannya seperti menyiksa diri sendiri. Ternyata Ndok juga mengiyakan hal tersebut, dia juga sering mengalami hal tersebut. Ketika aku menanyakan apa solusinya, dia mengatakan bahwa selama orang Sanguinis-Melankolis tidak bisa mendekatkan diri dengan Tuhan, maka perubahan watak tersebut akan terus berlanjut. Hum…..selama ini kan aku jarang ke Vihara, dan bahkan lupa berdoa, yang parahnya akan sangat ingat Tuhan apabila lagi dalam kesulitan.

Kemarin ketika kelas Character Building III “Relasi dengan Tuhan”, aku maju ke depan bersama teman-teman satu umat lainnya, dan kami ditanyakan tentang rutinitas ibadah. Otomatis aku yang jarang beribadah mengeluarkan asumsi dan pandangan sendiri yang selamaini w yakini. Karena aku jarang ke Vihara dikarenakan beberapa hal seperti BNCC, yang tak jarang juga dikarenakan kemalasan diri sendiri, menjawab bahwa untuk menjadi orang beriman dan beragama tidak harus selalu ke rumah ibadah, seperti yang dilakukan teman-teman kuliah saya umumnya, yang tiap minggu datang kebaktian. Papa saya juga pernah mengajarkan kapan saja dan dimana saja sebenarnya kita bisa melakukan ibadah, ketika berjalan, makan, berlari ataupun aktivitas lainnya, yaitu dengan mengucapkan Omitofo, dan aku setuju akan hal itu, karena menurut w untuk beribadah tidak terbatas tempat dan waktu. Cuma memang aku selalu lupa untuk melakukannya, hehe..... jadi merasa bersalah.

Semalam baru dapat kabar tetangga aku semuanya pulang ke kampung halaman dari Ibu pembokat, karena penasaran dan khawatir maka aku pun menelponnya, Aboi. Tidak diangkat, mungkin tidak ada sinyal atau tidak aktif. Tak lama kemudian dia menelpon balik, ketika ditanya dia menjawab bahwa orang tuanya tertimpa musibah, aku langsung spontan mengucapkan “Sakit ya?”. Karena takut menyinggung perasaannya, aku tidak menanyakan lanjut apa penyakit orang tuanya. Malamnya, saat ketemu Ko Ahau, kami turut membahas hal itu, dan ternyata dapat kabar bahwa rumah orang tuanya dimasuki perampok dan dipukuli. Gimana ya perasaan ini, biasanya aku mendengar dan membaca hal ini di media, tapi tak sangka akan terjadi kepada orang di sekitar aku yang dikenal. Akhirnya Ko Ahau menelpon Ko Tony, saudara sepupu Aboi, dan dapat kabar bahwa orang tuanya meninggal dunia, “orang tua” artinya mama dan papa? Aku sempat menanyakannnya dalam hati, tapi tidak ingin mempercayainya. Dan ternyata itu benar, yang meninggal adalah kedua orang tuanya. Hahhh....... aku tidak bisa berpikir bagaimana perasaan mereka, mungkin aku pernah merasakan kehilangan mama, tapi kalau langsung kehilangan keduanya pada waktu yang bersamaan, aku tidak tau bagaimana perasaan mereka. Itu pasti sangat berat buat mereka. Tak terbayangkan juga bagaimana raut muka Aboi ketika kutelpon, sama sekali tidak ada emosi dari kata2 yang diucapkannya. Ditambah penyebab kematian kedua orang tua Aboi, ini sangat tidak disangka, sangat bejat menurut w. Sudah dirampok, trus keduanya dibunuh lagi. Dimana sih perasaan dan hati nurani manusia sekarang ini. Berat sekali, aku tidak bisa turut merasakan apa yang Aboi rasakan. Tapi memang, mereka harus tetap melanjutkan perjalanan hidup mereka. Ketiga anak tersebut masih kuliah, satu jadi aslab, satu kerja di toko, dan satu lagi sepertinya kuliah tanpa kerja. Mulai sekarang mereka harus mencari dan menghidupi kebutuhan sendiri, ditambah trauma kejadian orang tuanya. Aku menyesal sekali selama tetanggaan dengan mereka jarang memperhatikan mereka, karena jarang di kontrakan. Iya, terkadang ada perasaan bersalah.... yah, Melankolisnya muncul lagi, tapi w yakin mereka akan menjalaninya dengan benar, mereka orang yang kuat seingat yang aku kenal.

Oya aku juga belum cerita tentang temanku yang juga barusan meninggal dunia. Dia aktif di UKM Klifonara. Aku biasa aja ketika ada teman yang mengatakan kalau ada mahasiswa di UKM Klifonara yang meninggal dunia. Aku biasa aja, karena memang tidak banyak anak Klifonara yang aku kenal. Ketika ditunjukkan pengumuman yang ada di Friendster Linda, aku shock, terkejut sekali, ternyata yang tertimpa musibah itu adalah teman yang aku kenal, namanya Bani, dikatakan bahwa dia meninggal di RS Pertamina, tapi tidak tau apa sebabnya. Baru kali ini aku kehilangan teman, aku tidak pernah menyangka bahwa anak seumuran saya bisa meninggal secepat itu, meskipun aku tau bahkan banyak anak di bawah umur aku yang meninggal dunia. Tapi memang aku tidak menyangka temanku sendiri yang begitu. Aku memang tidak begitu kenal dengan dia, aku juga lupa kapan berkenalan dengan dia, tapi kita selalu saling sapa kalau bertemu. Aku bahkan sempat difoto dua kali olehnya, yang masih kusimpan sekarang, karena memang agak unik dari foto lainnya, yaitu foto B/W. Semoga Bani diterima di sisi Tuhan, aku benar-benar tidak tau harus mengucapkan apa, tapi aku berharap dia menerima yang terbaik dari Yang Di Atas.

Seiring dengan perubahan watak aku yang tidak teratur, ternyata telah terjadi banyak kejadian, yang semakin mendewasakan orang2 di sekitar w, yang juga mempengaruhi kedewasaan w...